KELEMBUAN HATI

Kelembutan hati teruslah terjaga oleh setiap insan yang mengukir rasa kepekaan terhadap sesama. Berjalan dengan keikhlasan, tentu memberikan makna yang dalam hingga pengabdian yang tak terhingga dalam kesetiaan.

Dengan membalutkan kata-kata dalam susunan yang merangkai kalimat bertiup menyejukkan jiwa terdalam dan tetap menjunjung tinggi keramahan dalam kerendahan hati yang tulus.
Onggokan hati yang ada entah dimana? Didalam tubuh kitakah? Hati yang sebenarnya atau dalam mata kita yang mencerminkan isi hati ini? Adakalanya perasaan itu datang menusuk dan menghasut untuk menafikkan hati yang murni menjadi kelabu bahkan hitam tak terbekas oleh sucinya putih. Dengar-dengarlah wahai saudara kita bersyair memainkan peran kita masing-masing dalam fakta, bergelut dengan kehidupan yang fana. Sedalam-dalamnya pancaran mata yang tercurahkan, lebih dalam lagi prasangka yang kita timbulkan oleh hati.
Menjadi manusia yang mempunyai kelembutan hati merupakan suatu hal yang tidak mudah. Dalam berbicara orang lain menjadi sejuk dan nyaman berada didekatnya. Dari atas langit-langit yang cerah seakan menampakkan diri yang teduh membawahi mereka yang haus akan kata-kata kelembutan.

Kegelapan yang tergores dalamnya hati sedikit terkikis oleh untaian sajak bermandikan alunan sastra yang mendalam menusuk kalbu.
Bahkan batu kerikil yang sedari tadi duduk mematung pada terjalnya jalan seakan bergoyang untuk sekadar mengiyakan untaian kata-kata itu.

Ada satu hal yang menjadi daya tariknya, kekuatan gema berkata menembus dinding-dinding kerikil yang keras dan kokoh hingga menghanyutkan nurani yang ringkih bagi kerikil itu.
Dengan terus berlari, kata-kata itu menembus dinding-dinding pembatas keegoan yang mencairkan berbagai macam wacana yang terlontar dalam benak mereka. Begitu terus berjalan hingga menghabiskan waktu yang selalu menyita umur dan kesempatan untuk hidup memberdayakan kata-kata dengan kelembutan hati yang kadang membutuhkan kebijaksanaan serta kematangan individu.